Jika Guru Agama Mengajarkan Matematika

Hehehee...jangan salah paham dengan judul postingan ini ya, bukan maksud saya untuk tidak percaya atau mengganggap bahwa saya saja sebagai guru matematika yang paling ngerti matematika dan paling berhak mengajar matematika.
Judul itu diilhami oleh kejadian nyata, tepatnya disekolahan anak kami yang masih SD. Akibat guru kelasnya adalah "mantan" guru pendidikan agama Islam yang dilimpahkan menjadi guru kelas, seringnya membuat saya dengan anak "bertengkar" soal pelajaran matematikanya disekolah. Bener juga, seorang anak lebih percaya pada gurunya dari pada kedua orang tuanya meskipun yang disampaikan gurunya kadang  salah.
Kembali pada tema postingan kali ini. Ada sebuah ungkapan yang kita yakini kebenarannya, bahwa serahkan urusan pada ahlinya, atau ungkapan lain yang semakna yaitu jika menyerahkan urusan bukan pada ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.
Tepatnya, janganlah menyerahkan pengajaran matematika pada guru yang dipersiapkan untuk tidak mengajar pelajaran ini. Mungkin pertimbangan pembuat kebijakan ini (Kepala Sekolah atau Dinas Pendidikan setempat) adalah karena hanya untuk mengajar anak SD yang tidak 'sulit' dan tidak membutuhkan pemahaman yang mendalam. Jadi siapapun bisa mengajarkan matematika, termasuk guru agama. Ada yang terlupakan oleh pembuat kebijakan ini.

Ingat, bahwa pada sekolah setingkat SD adalah peletak dasar konsep kepada siswa.  SD adalah usia di mana anak harus kita beri pemahaman yang benar tentang suatu konsep karena akan menjadi pijakan bagi siswa untuk sekolah pada jenjang yang lebih tinggi. Jika diawalnya konsep yang diberikan salah, maka selamanya akan sulit membuatnya benar, termasuk matematika. Jujur saja saya masih ngugemi beberapa hal sampai sekarang dari apa yang disampaikan oleh guru pada saat SD, meskipun kadang setelah memperoleh pencerahan dan akhirnya tahu bahwa yang disampaikan oleh guru saya itu adalah hal yang salah. Perlu diingat ya, mengajar matematika tidak boleh separo-separo, tapi memberikan pemahaman secara menyeluruh dan runtut.

Sebagai contoh, untuk mengajarkan rumus phytagoras seorang guru tidak boleh mengajarkan secara instan hanya dengan mengatakan bahwa rumus phytagoras adalah c2=a2+b2.
Tapi seorang guru harus bisa menjelaskan secara benar kenapa rumus phytagoras bisa ketemu seperti itu. Sehingga anak memperoleh pemahaman yang utuh dan runtut serta logis, tidak hanya sekedar hafalan yang mudah dilupakan.

Tentu hal tersebut akan agak susah jika dilakukan oleh guru yang latar belakangnya bukan matematika, atau guru kelas (untuk SD) yang setidaknya pernah memperoleh mata kuliah pembelajaran matematika. Jadi, mari bantu anak untuk belajar menyukai matematika, dengan memberikan fasilitas, sarana dan prasarana yang memadai termasuk SDM yang memadai dan sesuai. Biar matematika bukan lagi pelajaran yang menakutkan.........


Artikel Terkait

Previous
Next Post »