Jika Guru Les Privat Juga Guru Kelas

Sahabat Belajar Menyukai Matematika, sudah lama tidak menulis dan tidak menyapa. Bukan karena apa-apa, karena sibuk melanjutkan study, maka ada gangguan teknis, hampir saja lupa dengan email dan password. Hehehehe...untung saja, paman Google sangat baik hati dan sangat membantu, akhirnya saya dapat menjumpai pembaca kembali. Janji deh, setelah ini penulis akan berupaya meluangkan waktu berbagai pengalaman agar anak-anak kita tetap belajar menyukai matematika.

Langsung saja Sahabat, suatu ketika saat datang dari sekolah, putri tunggal saya nampak cemberut. Sesuatu yang tidak biasanya dia lakukan, karean biasanya dia selalu cerita dengan semangat dan ceria tentang apa-apa yang diperoleh dan dialami di sekolahnya. Hmmmm.....pasti ada something wrong, dan dengan sedikit bekal ilmu psikologi yang saya punya, saya dekati dengan hati-hati si kecil. Omong punya omong Sahabat, ternyata si dia sedang 'marah'. Dengan bahasa anaknya dia mengeluhkan atas peristiwa yang dialaminya di kelas. Pingin tahu kenapa? Hmmm...ternyata, dia yang selama ini dapat nilai seratus di kelas, hari ini saat ulangan dia hanya dapat nilai 99,3 pada pelajaran matematikanya. Bukan hanya itu,  dia yang selama ini selalu selesai dengan cepat saat mengerjakan soal, tiba-tiba beberapa orang temannya dapat mengerjakan soal ulangan dengan lebih cepat darinya dan dapat nilai diatasnya pula (seratus).

Atas kejadian ini, jiwa detektif si kecil muncul, dan katanya (berdasarkan hasil interview dan penyelidikan ke teman-teman sekelas) anak yang lebih cepat mengerjakan ulangan dan dapat nilai seratus itu karena les pada guru yang kebetulan pula sebagai guru kelasnya. Payahnya (masih kata si kecil), ada salah satu teman yang ikut les pada guru tersebut nyeletuk bahwa soal ulangannya sama persis dengan soal yang berikan pada saat les dan sudah dikerjakan.Saya baru paham, ternyata perilaku murungnya si kecil disebabkan oleh perilaku guru kelasnya yang tidak sportif dengan "membocorkan" soal ulangan kepada peserta lesnya.

Cerita diatas  merupakan kejadian yang benar-benar saya alami. Atas peristiwa tersebut, maka ada satu kekhawatiran besar dalam diri saya (bukan persoalan nilai ulangan ), yaitu jika kejadian tersebut berjalan terus dan berulang-ulang, maka akan berdampak pada menurunnya motivasi belajar anak (saya). Kejadian tersebut juga merupakan pembelajaran yang tidak baik bagi anak, khususnya pembelajaran sportifitas, kejujuran dan tanggungjawab.

Sahabat, tidak ada salahnya guru kelas menjadi guru privat, namun agar tidak terjadi hal-hal sebagaimana yang saya tuliskan diatas, tidak ada salahnya jika Sahabat sekarang berada pada posisi tersebut (guru kelas dan guru privat) untuk memperhatikan tips berikut dari saya:

Pertama, bagaimanapun mengajar di kelas adalah kewajiban utama bagi seorang guru. Oleh karena itu sudah seharusnya guru lebih memperhatikan dan memprioritaskan proses pembelajaran di kelas ketimbang pada saat menjadi guru les di rumah. Jangan sampai karena sudah merasa cukup memberikan materi pelajaran (khususnya pada tulisan ini adalah pelajaran matematika) di tempat les, maka di kelas materi pelajaran matematika tidak diajarkan atau dikurangi penyajian materinya. Ingat, bahwa tidak semua anak di kelas mengikuti les di rumah guru.

Kedua,  dalam banyak hal, les seringnya menjadi tempat bagi anak untuk menyelesaikan soal-soal matematika yang semestinya diselesaikan di kelas. Pada keadaan yang demikian, pada saat menyelesaikan soal tersebut, eorang guru les seharusnya lebih banyak memberikan pemahaman, metode dan cara menyelesaikan soal, bukan mengerjakan soal.

Ketiga, les sebenarnya merupakan tempat mencari referensi bagi anak, untuk menambah pemahaman materi pelajaran di sekolah. Sehingga seorang guru les yang juga guru kelas, sudah seharusnya memperbanyak referensi soal-soal untuk satu pokok bahasan/tema/bab. Keterbatasan referensi soal membuat guru les mengambil keputusan membahas soal-soal yang semestinya disajikan di depan kelas esok harinya. 

Keempat, dimanapun seorang guru adalah figur yang patut dicontoh, sehingga sportifitas harus tetap dijunjung tinggi. Hindari menggunakan soal yang dipakai pada saat les dengan soal saat ulangan di kelas. Dalam banyak kejadian, kredibilitas guru les seringnya memang diukur dengan prestasi anak di kelas. Itu sesuatu yang lumrah, karena semakin "sukses" anak yang les di rumah guru, maka akan mampu menjadi magnet bagi anak yang lain ikut les. Tentunya hal demikian akan berimbas pada rupiah yang akan diperoleh guru.Akan tetapi, kredibilitas tersebut seharusnya tetap diperoleh dengan cara yang sportif. Kasihan anak-anak yang tidak ikut les pada guru kelas semacam ini, si anak ini harus belajar keras menghadapi ulangan, sementara anak yang ikut les bisa santai karena soal ulangan sudah ditengan lebih dulu, bahkan sudah dibahas jawabannya saat les.

Semoga tips diatas  menjadikan anak-anak kita semakin belajar menyukai matematika.

Sekian dulu Sahabat,
Salam

Artikel Terkait

Previous
Next Post »