Memaknai Kecerdasan Anak dengan Bijak


Ketika ada pernyataan tentang anak yang cerdas, seringnya kita mengasumsikan bahwa si anak adalah pintar dalam berhitung atau semua nilai raport sekolahnya bagus. Meskipun asumsi itu tidak selalu salah, namun juga tidak sepenuhnya benar. 
Sesungguhnya tidak tepat memberi label kepada seorang anak berdasarkan variabel tersebut. Nah pada postingan kali ini saya akan mencoba menjelaskan tentang kecerdasan anak (tentunya mengutip teori para ahli dibidangnya). 
Berkaitan dengan kecerdasan, dalam bukunya Multiple Intelligences, Howard Gardner mengoreksi cara berpikir yang konvensional mengenai kecerdasan tersebut. Howard Gardner membagi kecerdasan anak sebagai berikut:
1. Kecerdasan matematika dan logika 
Kemampuan seorang anak berpikir secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah melalui kemampuan berpikir. 

Cara berpikir konseptual, seperti menyusun hipotesis, mengategori, dan mengklasifikasi apa yang dihadapinya merupakan ciri kecerdasan ini. Anak-anak dengan kecerdasan ini cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan yang tinggi dalam menyelesaikan problem matematika.


2. Kecerdasan bahasa 

Kemampuan seorang anak untuk menggunakan bahasa baik secara lisan maupun tulisan dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan gagasannya. Anak-anak dengan kemampuan bahasa yang tinggi umumnya ditandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan dengan bahasa seperti membaca, membuat puisi, dan menyusun kata mutiara.


3. Kecerdasan musikal 
Kemampuan seorang anak untuk peka terhadap suara-suara nonverbal yang berada di sekelilingnya. Anak-anak ini senang sekali mendengar nada-nada dan irama yang indah, mulai dari senandung yang mereka lakukan sendiri, dari radio, kaset, menonton orkestra, atau
memainkan alat musik sendiri. Mereka lebih mudah mengingat sesuatu dengan musik. 

4. Kecerdasan visual spasial 
Memuat kemampuan seorang anak untuk memahami secara lebih mendalam mengenai hubungan antara objek dan ruang. Anak-anak ini memiliki kemampuan menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannya, atau menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi. Setelah dewasa biasanya mereka akan menjadi pemahat, arsitek, pelukis, desainer, dan profesi lain yang berkaitan dengan seni visual.

5. Kecerdasan kinestetik 
Memuat kemampuan seorang anak untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah. Hal ini dapat dijumpai pada anak-anak yang unggul dalam bidang olah raga, misalnya bulu tangkis, sepak bola, tenis, renang, basket, dan cabang-cabang olah raga lainnya, atau bisa pula terlihat pada mereka yang unggul dalam menari, bermain sulap, akrobat, dan kemampuan-kemampuan lain yang melibatkan keterampilan gerak tubuh.

6. Kecerdasan inter personal 
Memuat kemampuan seorang anak untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka cenderung memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah dalam bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya. Kecerdasan ini disebut juga kecerdasan sosial, dimana seorang anak mampu menjalin persahabatan yang akrab dengan teman-temannya, termasuk berkemampuan memimpin, mengorganisasi, menangani perselisihan antar teman, dan memperoleh simpati dari anak yang lain. Setelah dewasa mereka dapat menjadi aktivis dalam organisasi, public relation, pemimpin, manajer, direktur, bahkan menteri atau presiden.

7. Kecerdasan intra personal 
Memuat kemampuan seorang anak untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri. Mereka cenderung mampu mengenali kekuatan atau kelemahan dirinya sendiri, senang mengintropeksi diri, mengoreksi kekurangan maupun kelemahannya dan kemudian mencoba untuk memperbaiki dirinya sendiri. Beberapa di antara mereka cenderung menyenangi kesendirian dan kesunyian, merenung dan berdialog dengan dirinya sendiri. Saat dewasa biasanya mereka akan menjadi ahli filsafat, penyair, atau seniman.

8. Kecerdasan naturalis 
Kepekaan terhadap lingkungan alam merupakan ciri kecerdasaan jenis ini. Anak dengan kecerdasan ini cenderung suka mengobservasi lingkungan alam seperti aneka macam bebatuan, flora dan fauna, bahkan benda-benda di ruang angkasa. Mereka  Saat dewasa mereka dapat menjadi pecinta alam, pecinta lingkungan, ahli geologi, ahli astronomi, penyayang binatang, dan aktivitas-aktivitas lain yang berhubungan dengan alam dan lingkungan.

Mari kita kembangkan bakat dan kemampuan anak-anak kita. Bagi yang memiliki kecerdasan matematika dan logika kita fasilitasi dengan baik dan bagi yang tidak  mari kita motivasi, setidaknya kita bimbing untuk belajar menyukai matematika bukan takut atau bahkan membencinya.........

Artikel Terkait

Previous
Next Post »