Judul postingan ini tidaklah berlebihan, setidaknya itulah yang saya alami. Konteks tulisan ini saya batasi pada persoalan pelajaran anak dikelas khususnya matematika (dengan tidak menafikan bahwa hal yang sama juga sangat mungkin terjadi pada pelajaran lain).
Suatu ketika anak saya yang masih duduk dibangku SD minta untuk diajari matematika.
Ditengah-tengah pelajaran dia merasa yang saya sampaikan adalah salah karena tidak seperti yang diajarkan guru kelasnya. Agar tidak "bersitegang" dengannya, pemahamannya akan materi sesuai versi gurunya itu saya biarkan. Ada sebuah harapan, kalau dia seorang guru yang baik tentu akan segera menyadari kekliruan tersebut dan meralatnya. Benar saja, dengan berbesar hati paginya sang guru mengakui bahwa yang dia sampaikan beberapa hari sebelumnya adalah salah dan meminta maaf didepan siswa. Nah, akhirnya kepercayaan si kecil kepada saya (yang juga seorang guru matematika) kembali lagi, dan dihari-hari berikutnya dia lebih mempercayai konsep-konsep matematika yang saya sampaikan bila ada hal yang berbeda dengan gurunya.
Hal tersebut membuat saya teringat pada seorang dosen kami di salah satu PTN di Jawa Tengah. Suatu ketika beliau menceritakan peristiwa sebagaimana yang saya alami. Sampai-sampai didepan para mahasiswa beliau mengutip kalimat yang dilontarkannya kepada sang anak, "nak saya ini gurunya gurumu." Tentunya ungkapan beliau itu bukanlah berniat sombong, hanya meyakinkan sang anak.
Berdasarkan kedua cerita tersebut, ada tiga hal penting agar kepercayaan yang begitu tinggi dari seorang murid kepada gurunya tidak salah tempat. Sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan berkualitas (tentunya saya khususkan pada pelajaran matematika)
Kepercayaan seorang siswa kepada guru sebuah keniscayaan
Seorang murid harus mempercayai kebenaran konsep yang diajarkan oleh gurunya. Jika kepercayaan ini tidak ada lagi, maka akan mempengaruhi kewibawaan guru dihadapan para murid. Parahnya jika murid sudah meragukan lagi materi yang disampaikan oleh guru.
Seorang guru harus menguasai materi pembelajaran dengan benar
Kepercayaan seorang murid kepada gurunya terbukti sangat luar biasa. Seorang guru harus mampu menjaga kepercayaan itu. Guru harus berwibawa didepan muridnya. Salah satu cara menjaga kewibawaan tersebut adalah dengan meyakinkan kepada para murid bahwa dia adalah orang yang pas menyajikan materi pelajaran. Guna menunjang hal tersebut, buatlah persiapan yang matang terhadap materi yang akan diajarkan didepan kelas. Persiapkan dengan benar, termasuk mengantisipasi hal-hal yang tak terduga, misalnya pertanyaan yang akan diajukan peserta didik. Ingat kemajuan dibidang TI membuat seorang anak dengan mudah mengakses informasi melalui internet. Hal tersebut harus diimbangi dengan upaya guru dengan memperkaya referensi.
Mengajar bukanlah profesi yang main-main
Profesi guru bukanlah sesuatu yang main-main karena peletak dasar karakter anak bangsa. Jadi ketika kita memutuskan untuk menjalani profesi sebagai seorang guru, segala prasyarat harus kita penuhi, baik intelektualitas maupun moralitas. Ingat, seorang guru bukan saja pentransfer pengetahuan tetapi juga value. Kepercayaan seorang murid terhadap guru (yang melebihi orang tuanya) harus diimbangi dengan peningkatan kualitas guru. Kekeliruan pengajaran konsep kepada murid ibarat memberi titik pada lembaran kertas putih yang akan teringat sampai dewasa. Tentunya peningkatan kualitas ini bukan saja intelektualitas tetapi juga moralitas.
Related Post :
Related Post :
1 komentar:
Write komentarmemang betul anak lebih percaya pada guru selain itu anak lebih mengikuti nasihat guru dari pada orang tuanya
ReplyEmoticonEmoticon